Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri Dalam Belajar Bahasa Inggris

Bagi seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan sastra inggris orang banyak yang beranggapan bahwa saya sangat hebat dalam bahasa inggris. Anggapan orang-orang ini tak sepenuhnya salah tapi yang membuat saya menjadi agak kesal adalah sebuah pandangan umum yang tercipta bahwa mantan mahasiswa sastra inggris adalah kamus berjalan. Padahal sebagai seorang manusia biasa saya mempunyai keterbatasan dalam mengenal setiap kata dalam bahasa inggris. Apalagi bahasa inggris dalam perkembangannya mempunyai kata-kata slang, terma-terma teknis (istilah saya untuk kata-kata teknik yang diketahui komunitas tertentu), dan frasa-frasa yang sehari-hari yang harus membuat saya terus belajar. Sebagai seorang manusia yang menyenangi pelajaran bahasa asing khususnya bahasa Inggris saya amat senang jika dapat membantu orang lain dalam mempelajari bahasa internasional ini. Namun sayang jika saya terbentur dan harus kembali ke kamus dalam menterjemahkan suatu kata orang-orang mulai mengolok-olok. "katanya lulusan sastra inggris masak masih butuh kamus", kira-kira begitulah ledekan-ledekan yang harus saya dengarkan. Beginilah mental bangsa Indonesia, semua harus perfect. Sumbing sedikit maka bersiaplah untuk menjadi olokan.

Ah... manusia Indonesia, begitulah jika lagi kebutuhannya dikasih sanjung puji didapat jika kebutuhannya tidak terpenuhi olok-olokan menerpa.

Kadang saya tertawa sendiri kadang-kadang saat orang yang bertanya kepada saya kata dalam bahasa Inggris akhirnya menjawab sendiri pertanyaan mereka tersebut. "Kenapa harus bertanya jika sudah mengetahui jawabannya?," pikir saya. Setelah saya merenungkan kejadian ini saya menemukan jawaban untuk pertanyaan saya sendiri. Mereka bertanya bukan karena tidak tahu kata dalam bahasa Inggris tetapi karena mereka tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam berbahasa Inggris.

Ketidak percayaan terhadap kemampuan pada diri sendiri ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, karena Bahasa Inggris bukan bahasa ibu (mother tongue) orang Indonesia. Bahasa Ibu adalah sebuah ungkapan untuk menyatakan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh seseorang atau sekelompok masyarakat pada suatu daerah. Contoh saya mempunyai bahasa ibu bahasa minang karena saya hidup dan besar di lingkungan masyarakat minang yang hingga saat ini tetap menggunakan bahasa minang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan budaya suka mengolok-olok yang sudah saya sebutkan diatas tadi, kemampuan seseorang untuk memperlancar keahliannya dalam berbahasa asing (baca: bahasa Inggris) menjadi terhambat. Jika saya mengingat pengalaman semasa menjadi pelajar dan pun saat mahasiswa, saya merasa sedih karena baik pengajar (alias guru) maupun teman sebaya lebih banyak berkelakar tentang ketidak sempurnaan dalam mempraktekkan bahasa Inggris daripada memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik. Saya teringat seorang teman yang ditugaskan untuk berdialog didepan kelas dengan pasangannya membawa dialek minang dalam berbicara. Tertawaan dan cemoohan terhadap dialek minang dalam dialog bahasa Inggris itu pun lama terpendam dalam benak teman saya tersebut dan membuatnya demotivasi untuk belajar bahasa Inggris. Padahal wajar saja jika dialek tersebut terbawa karena Bahasa Inggris bukan bahasa ibu atau bahasa keseharian kita.

Jadi penyebab ketidak percayaan diri untuk mempraktekkan bahasa Inggris yang kedua adalah kondisi sosial masyarakat Indonesia yang senang berolok-olok.

Alasan ketiga yang membuat orang tidak percaya diri untuk mempraktekkan kemampuan bahasa Inggrisnya adalah guru. Beberapa teman saya mengakui faktor yang membuat mereka demotivasi adalah guru yang mengajarkan bahasa Inggris saat mereka sekolah. Jika dibandingkan antara guru di Indonesia dan guru di luar negeri (kebetulan pas kuliah saya mendapatkan beberapa dosen kebangsaan Amerika) sungguh berbeda perlakuannya kepada para siswanya. Guru di luar negeri tidak pernah membuat orang patah semangat dalam belajar, mereka justru mendukung dan menyemangati agar terus belajar dan memperbaiki diri. Guru Indonesia menekankan anak didiknya untuk belajar agar mendapatkan nilai baik dalam ujian. Titik berat pendidikan bahasa Inggris di sekolah hanyalah nilai ujian dan nilai dalam rapor bukan sejauh mana perkembangan anak dari awal pendidikan hingga akhir.

Apalagi kondisi guru di Indonesia yang senang menghukum anak didiknya jika standar-standar tertentu tidak tercapai. Hingga sebagian guru bahasa Inggris diberi cap guru killer sehingga setiap guru mengajar anak-anak didik kemudian berfokus pada apa yang membuat guru senang daripada apa yang telah saya capai hari ini.

Demikianlah tiga penyebab orang tidak percaya diri dengan kemampuan berbahasa Inggris yang sebenarnya mereka miliki.  Untuk mengurangi rasa percaya diri tersebut maka orang-orang yang bertekad untuk bisa berbicara, atau menulis atau membaca dalam bahasa inggris menemukan komunitas untuk mengembangkan kemampuan mereka.

Cara pertama untuk menumbuhkan rasa percaya diri untuk belajar bahasa Inggris itu kita menemukan sebuah komunitas. Kenapa kita butuh komunitas? Alasannya sederhana tadi, kita tidak hidup dalam sebuah lingkungan berbahasa Inggris. Oleh karena itu untuk menyempurnakan kemampuan berbahasa Inggris maka kita harus menciptakan komunitas sendiri. Dulu baik di sekolah menengah maupun di universitas ada sebuah organisasi yang disebut sebagai English Club. Ini adalah sebuah komunitas dimana para pembelajar bahasa Inggris dapat saling menumbuhkan kepercayaan dirinya dalam mengasah kemampuan berbahasa asing.

Cara lain adalah mendatangi komunitas berbahasa Inggris dimana bahasa Inggris menjadi Bahasa Ibu. Tentunya tidak semua orang yang bisa mendapat kesempatan ini. Jika anda mendapatkan keberuntungan untuk kursus bahasa di negara-negara berbahasa ibu bahasa Inggris maka anda harus memanfaatkan kesempatan tersebut. Dengan tinggal beberapa minggu atau bulan atau beberapa tahun di negara-negara berbahasa Inggris maka kemampuan bahasa Inggris anda akan terasah. Dialek kedaerahan anda pun mungkin akan hilang sama sekali dan anda dapat berbicara dengan dialek sempurna orang-orang berbahasa Inggris.

Jika anda tidak cukup beruntung mempunyai dana dan kesempatan untuk tinggal di negara-negara berbahasa ibu bahasa Inggris ada cara lain yang cukup mudah. Komunitas berbahasa Inggris itu datang ke daerah anda, jika anda menyadarinya. Cobalah mencari beberapa tempat wisata terkenal didaerah anda dan cobalah perhatikan apakah ada bule dengan aksen Amerika atau Inggris yang sedang menikmati perjalanan wisata di daerah anda? Jika ada maka carilah tempat mereka biasa berkumpul. Contohnya adalah cafe. Banyak tempat peristirahatan menyediakan cafe dimana orang-orang yang berbahasa Inggris ini berkumpul untuk bertemu rekan senegara atau sebahasanya. Bergabunglah dengan mereka dan asahlah kemampuan bahasa Inggris anda bersama mereka. Jika anda beruntung tidak hanya kemampuan bahasa Inggris anda yang meningkat pesat namun juga jaringan pertemanan anda yang akan bertambah.

Kandra
Kandra Seorang mantan karyawan yang sedang mencari cuan melalui tulisan. Pernah bekerja di industri asuransi syariah hampir 10 tahun sebelum memutuskan untuk di-rumah-kan karena pandemi.